Tuesday, January 6, 2015

Gadis Bermata Bening


Sore itu langit menyemburat cahaya matahari yang berwarna kekuning-kuningan. Aku melewati gang FPMIPA yang menurun menuju ke arah Daarut Tauhid—Pesantren K.H. Abdulah Gymnastiar. Aku terburu-buru karena sore ini ada pengajian di kosanku, NS. Ditambah dari tadi siang aku belum makan. Lapar terasa menusuk ulu hati dan beberapa kali perutku berseru.

Palang besi telah kulewati dengan merendahkan badan, karena badanku tinggi. Namun ada yang hinggap dalam pandanganku, ketika aku melangkah. Tepat di depan seorang gadis berpakaian tertutup dan longgar berwarna coklat muda berjalan pelan dengan wajah menghadap tanah. Langkahku berhenti seketika. Perasaanku tak menentu. Padahal aku tak mengenalnya, siapa dia? Baru kali ini aku melihat gadis ini, baru pertama kali melihat mukanya bercaya.

Kutahan gejolak ini dan aku beistigfar lirih beberapa kali dalam hati. Aku minggir karena jalanan sangat padat, banyak mahasiswa dan mahasiswi hilir mudik pulang kuliah.

Kulihat, kakinya melangkah anggun. Jilbabnya yang panjang tertiup angin pelan. Sedangkan hijabnya yang berwarna sama menutup dadanya. Pakaiannya rapat.

Sekarang dia tepat melangkah di depanku. Aku menundukan pandangan. Entah mengapa, seketika buku yang kupegang jatuh, “Buuk”. Suara itu mengagetkan semua orang, termasuk dia. Aku langsung mengambilnya dengan agak terburu-buru. Saat mengambil buku itu, tak sengaja aku dongkakan kepala dan dua matanya menatapku halus. Mata kami bertemu. Dia alihkan pandangan aku juga. Matanya bening sebening air yang baru keluar dari mata air, sebening langit kala tiada awan, dan sebening mutiara saat diambil dari laut.

Dia melangkah cepat melewati gerbang kecil besi ke araha FPMIPA UPI. Sementara aku berjalan cepat menuju DT. Dalam ayuhan kakiku itu, wajahnya berkelebat dalam fikiranku. Memang harus aku akui, aku pengagum muslimah yang taat, yang berhijab panjang dan tak sembarang menatap lawan jenis. Hampir setiap hari aku bertemu dengan para muslimah yang berpakaian seperti ini. Tapi dia ini beda. Perasaanku bergolak hebat.

Waktu mengalir begitu deras. Hampir 3 tahun, aku tak pernah melihat gadis bermata bening itu. Tak pernah. Itulah pertama, dan satu kenangan dari sekian kenangan yang sulit kuhapus. Mungkin dia sudah mengikrarkan janji dengan orang lain di atas sebuah pernikahan, aku mengira. Namun, aku tak berharap jauh di pertemukan kembali. Aku sadar betul, aku hanya manusia pongah yang masih lalai menjalankan perintah agama. Kurasa pertemuan itu pertama dan terakhir. Semoga Allah melindungi keistiqomahannya.

Note: Imajinasi.

Terimakasih Sahabat Hadits Line. Jangan Lupa Komentarnya

Terimakasih telah membaca artikel berjudul Gadis Bermata Bening yang ditulis oleh Hadits Line (Hermawan Setiawan) Komentar sahabat sangat memotivasi penulis.

0 comments:

Post a Comment