Haditsline.blogspot.com. Tapatnya hari rabu, 3 september 2014 di aula auditorium
fpips Universitas Pendidikan Indonesia mengadakan seminar tentang relevansi budaya jepang terhadap budaya
Indonesia. Dua orang yang bermuka sipit di tambah satu akademisi sebagai
transleter dari UPI duduk di depan.
Acara yang dipadati oelh mahasiswa baru itu, memberikan
gairan tersendiri karena materi yang di sampaikan menarik. Materi yang
disampaikan tentu mengenai budaya jepang.
Diatas mimbar Prof. Uchida menjelaskan dengan gambang culture jepang
baik yang berupa materi dan berupa non materi (prilaku).
“Bagian tradisional rumah di jepang bisa dicpot jika ada
yang rusak dan tidak memakai baha dari tembaga” ucap profesor itu.
Budaya di jepang memang terlestari luar biasa. Budaya disiplin
yang tinggi menyebabkan bangsa ini maju luar biasa di segala bidang.
Pada presentasi ini pun dipaparkan mengenai Shinto,
kepercayaan masyarakat Jepang. Ternyata shinto hanyalah merupakan sebuah wadah,
yang di dalamnya setiap agama bisa masuk seperti konghuchu dan budha.
Dewa di jepang begitu banyak kurang lebih 8 atau 7 juta. Wow
banyak banget ya. Dan masyarakat jepang masih menyebah matahari sebagai
tuhannya. Walaupun kita tahu sendiri faktanya di lapangan bahwa masyarakat
jepang banyak yang atheis.
Salah seorang audience bertanya “ mengenai matahari sebagai
tuhan, di Islam itu ada ceritanya tepatnya dalam buku Ibrahim mencari Tuhan. Jadi
ketika itu pak, nabi Ibrahim melihat bintang dan menganggapnya sebagai Tuhan. Namun
bintang itu hilang, dan nabi ibrahim berkata, aku tidak suka pada sesuatu yang
hilang. Kemudian nabi Ibrahim melihat matahari kemudian munculah malam dan
matahari itu pun hilang, anda bisa baca
lebih jelas di Ketika Ibrahim mencari Tuhan”
Profesor itumengangguk-angguk dan akan membaca buku
tersebut.
Memang sih secara rasional, kalo dewa banyak kan menunjukan
kelemahan Dewa itu sendir seandainya dewa itu Tuhan. Masa Tuhan minta tolong
kan ya?
Yang unik adalah ketika orang jepang dengan pemikiran
rasionalnya masih percaya dengan sesuatu yang tidak rasional. Misalnya Dewa
Banyak, atau turun hanya malam hari ataupun dewa (Tuhan) itu turun bila ada
Pesta (Matsuri).
Nah kan, yang menjadi pertanyaan secara akidah saja orang
jepang jepang tuh salah, tapi dalam prilaku kehidupannya relatif lebih baik
daripada masyarakat kita. Misalnya tepat waktu, pekerja keras, gak mudah
menyerah dan lain-lain deh. Seharusnya kita sebagai masyarakatmuslim menunjukan
indentitas kemuslimannya dengan menjalankan sejala syar’iatnya. Pasti lebih
bagus deh.
Sayang orang-orang kita banyak yang lalai. Contoh kecilnya
aja deh, kan ada hadis yang gak boleh tidur pagi, sama sore. Eh sama kaumnya
malam tidur pagi ama sore, karena malemnya begadang. Apalagi banyak muslim juga
yang gak sholat tuh, makin bahaya aja. Padahal sholat tiangnnya agama.
Apalagi kalo kita berbicara lebih luas lagi misalnya dalam
pergaulan, sistem ekonomi, dan pemerintahan. Liat deh, jauh banget dari islam. Pergaulan
di Indonesia kurang karuan, karena faknya kasus yang hamil dan zinah di luar
nikah banyaknya minta ampun. Ekonomi masih Riba. Pemerintahan jangan dinya,
Korupnya minta ampun. Kalo Udah gini. Datang barokah dari Allah lewat mana?
Eitss, tapi kita jangan pesimis. Selaku generasi muda
kitalah yang harus merubahnya. Mulai dari yang kecil dan wajib terlebih dahulu.
Dan jangan lupa sering baca buku (hehe). Semangat!!!!
“Wallahualam bi Shawab”
0 comments:
Post a Comment