Aminah
adalah perempuan yang sangat mulia. Ia adalah perempuan yang paling terhormat
di kalangan kaum kurais kala itu. Sementara Abdullah bin abdul Mutholib adalah
pemuda tampan dan dipenuhi hal yang menakjubkan. Setiap orang yang melihat ke
arah wajahnya maka mereka akan merasakan ketenangan yang luar biasa.
Abdullah
adalah pemuda yang sangat istimewa dibandingkan dengan pemuda-pemuda
seusiannya. Betapa tidak, kebersihan hatinya dan kebeningan sikapnya menghiasi
polah kehidupannya.
Suatu
hari Abdullah dan ayahnya Abdul Mutholib pergi dari rumah untuk mencarikan
jodoh untuknya. Sesampailah di mekah, seorang perempuan dari Bani Asad ibn
Abdul Uzza mendekati Abdullah kemudian berkata “ Engkau memiliki sesuatu yang
sebanding dengan unta-unta yang disembelih. Demi engkau mendekatkatlah padaku
sekarang”. Abdullah pun berkata dengan tegas, ucapan itu terlontar dari
mulutnya
Adapun yang haram lebih baik aku
mati
Adapun yang halal, tiada yang halal
yang perlu dijelaskan
Orang yang mulia selalu mejaga
dirinya dan agamanya
Bagaimana mungkin dengan hal yang dikehendaki
Kabar
mengenai kedatangan nabi telah tersebar di seluruh maasyarakat arab terkhusus
para ahli kitab yahudi dan nasrani. Nabi ini datang adari keturunan nabi Ismail
as. Perbincangan hangat ini telah menjadi obrolan di kalangan perdukunan,
apalagi ditambah dengan pengakuan mereka baik secara eksplisit dan implisit
yang disebutkan dalam taurat.
Seorang
dukun waita bernama Fatimah binti Mur Al-Khasy’amiyah yang termasuk perempuan
arab yang tercantik dan suci dari Tabalah, melihat cahaya kenabian yang
bersinar dari wajah Abdullah. Dia menawarkan dirnya untuk dinikahi oleh
Abdullah. Namun Abdullah menolaknya, dan menhgatatakan :
Kulihat awan muncul
Berkilauan di akhir tetasan hujan
Melambung tinggi cahaya yang
menerangi
Disekitarnyabagaikan cahaya fajar
Kulihat siramannya menghidupi
negeri
Disekitar bagaikan cahaya fajar
Dan bangunan gersang tak
berpenghuni
Kulihaat kemulianan yang semakin
jauh
Tidak setiap yang menyalakan api
menyalakan terang
Demi Allah, wanita Zuhrah telah
menumpas dirimu
Apa yang ia rampas sementara kau
tak tahu
Abdullah
akhirnya menjatuhkan hatinya kepada gadis dari bani Zuhrah yang bernama Aminah.
Maka, tak lama berselang dari pernikahannya itu, Aminahpun mengandung. Suatu
hari abdullah pergi berdagang ke tanah syam, di perjalanan menuju pulang,
Abdullahpun jatuh sakit dan berhenti di rumah kerabanya dari Bani Al-Najjar di
Yastrib (Madinah) untuk dirawat dan diobati. Namun Allah berkendak lain,
setelah beberapa hari sakit, ajalpun menjeput Abdullah.
Aminah
terpukul hebat atas kejadian itu, betapa sedihnya ia. Ia akan melahirkan bayi
tanpa seorang bapak, bayi akan menjadi seorang yatim.saat pelipur lara itu
sontak menerjang. Dia mendapatkan sandaran duka dan pelipur lara dari Ayah
mertuannya yaitu Abdul Muththalib.
Bayinya
yang di kandungnya itu menjadi pelipur lara dalam kesendirian. Seolah dia
merasakan hal yang tidak dirasakan
sebelumnya, kebimbangan dalam jiwanya sirna dan kegelisahan sirna. Dirinya
seakan-akan diangkat martabanya menjadi begitu mulia dan terhormat.
Di
suatu malam yang gelap aisyah bermimpi, dalam mimpinya itu seseorang berkata
pada dirinya, “engkau telah melahirkan pemimpin dan nabi umat ini” pada mimpi
yang lain sebelum melahirkan, bunga tidur itu menyambangi. “Apabila engkau
melahirkan, katakanlah aku melindunginya dari zat yang maha esa dari keburkan
orang yang hasud (iri), dan namailah ia Muhammad”.
Mimpi
itu menghiasi malam, menjadi temannya dalam menghapus duka dan lara. Matahari
bersinar menerawang awan menmbus buana zaman. Fajar menyingsing di sebelah
timur, waktu yang di tunggupun tiba. Seorang nabi dan pemimpin umat ini lahir
ke dunia.
Nabi
yang telah diramalkan oleh para ahli-ahli kitab itu datang. Menerangi zaman
yang gelap oleh kebodohan. Menghapus nistanya
manusia dari keterpurukan dan kezaliman. Memebrikan jalan yang lurus
mencapai kehidupan yang hakiki di sisi Allah S.W.T.
Tepat
saat itu musim semi dia dilahirkan. Tapa adanya badai, tanpa adanya badai,
panas yang menyengat berkepanjangan, gelegar halilintar yang menyeruak, dan
musim kering yang kekeringan. Aminah
berkata “Ketika aku melahitrkan putraku, keluar bersama cahaya yang terang
diantara timur dan barat, dan menerangi istana-istana negeri syam dan negeri
sekelilingnya. Aku bisa melihat iring-iringan unta di kota basrah, dan aku
melihat tiga tanda tercetak: satu tanda dari timur, satu dari barat, dan satu
lagi dari ka’nah”
Sungguh
luar biasa. Sang kakek Abdul Muthathalib yang menyaksikan kelahirannya cucunya.
Langsung membawa Muhammad Saw berkeliling ka’bar seraya berkata, “segala puji
bagi Allah yang telah menganugrahi anak kecil yang angung derajatnya. Aku
melindunginya dengan nama Allah dan dengan rukun-rukun (Ka’bah).”