Diam, semua orang pasti pernah
merasakan. Orang yang suka bercira pun pernah merasakan diam. Malah diam
dinisbatkan dengan watak. “diam wataknya pendiam”, “dia tak suka bicara, dia
pemalu dan pendiam”. Maka orang yang tidak aktif disebut dengan si pendiam.
Diam atau tidaknya sebenarnya
sebuat sifat, bukanlah sebuah watak. Ketika kau menahan untuk tidak berbicara
banyak dalam sebulan dan hanya bicara pada hal yang penting-penting saja. Maka,
aku yakin, orang disekitarmu akan menyebutmu pendiam. Padahal sebelumnya kau
suka bicara seperti suara motor GP dilintasan, tak jeda dan tak memberikan
orang lain kesempatan.
Maka ada kalanya kau diam pada
hal-hal yang tidak bermutu, seperti membicarakan keburukan orang lain atau
debat kusir yang tak menghasilkan solusi. Ketika kau menghadiri sebuah forum
dengan diskusi yang berantakan kesana kemari, dan kau diam. Bukan berarti kau setuju
dengan diskusi yang berjalan itu, mungkin juga kau malah tak setuju. Atau
ketika kau mendengarkan ceramha guru atau dosen di kelas, dan kau diam, bukan
berarti kau setuju dengan materi yang dosen sampaokan di depan, mungkin kau tak
setuju dengan apa yang dia utarakan.
Dengan demikian tak setiap orang
diam berarti setuju, mungkin mereka diam pertanda bahwa ketidak setujuan. Hal
lain, ketika seorang teman akrabku di sebuah organisasi. Sebut saja namanya
“X”, dia sering diam, dan orang-orang menyebutnya si pendiam. Dari gerak tubuh
dan mukanya tak ada masalah mengenai kepribadiannya. Dia tersenyum jika disapa.
Padahal, diam diam menahan masalah yang menghinggapinya. Dia tak berani bicara
walau pada teman dekatnya. Aku tahu ketika ku korek perlahan atas kediamannya.
Dan luar biasa dia memiliki segudang masalah yang tak terselesaikan. Dia
cenderung pergi dan mengbaikan dengan cara diam.
Diam (muda.kompasiana.com) |
Untuk itu jangan ditafsirkan
secara universal bahwa diam adalah tanda setuju. Contoh lain, ketika pemilu,
banyak orang yang tak bersuara: memilih. Apakah mereka—orang golput—menghendaki
dengan calon yang diajukan? Mereka yang golput sesungguhnya menunjukan ketidak
setujuan terhadap calon yang ada. Hal ini mungkin karena kekecewaan,
keputusasaan, atau mungkin sadar dengan sistem yang ada saat ini yang tak
memberikan perubahan, siapapun pemimpinan, dan mungkin berjuta alasan lain.
Jadi diam bukanlah watak
seseorang, namun hanya sifat dari apa yang dipilih seseorang. Maka ketika
teman, sahabat, tetangga, keluarga, dan kerabat diam. Hal itu menunjukan ada
masalah diantara mereka. Sekali lagi karena diam itu sifat, maka hal tersebut
bisa berubah dengan stimulus tertentu, dari kau ke orang lain atau dari orang
lain ke dirimu. Tapi, yang lebih besar adalah motivasi diri sendiri untuk
mengakhiri diam itu. terakhir, dekatilah orang pendiam, karena sebenarnya
mereka untuk teman untuk berlabuh dari setiap pembicaran dan dari beban yang
ditanggungnya.
0 comments:
Post a Comment