(nunoo.wordpress.com) |
Aku tak paham dengan orang yang
mengantuk di ujung sana. Dia termenung akan sesuatu. mungkin imajinasinya
sedang membuncah buncah menahan asa yang kian membuih. “aku ingin pulang” ucap
hatinya.
Sore itu, manakala awan tebal
menurunan hujan yang lebat dan menghanyutkan daratan yang luas. Petir yang
menyambar-nyambar dengan suara yang mendengung-dengung.
Jika kau terjebak hujan, maka tak
ada pilihan lain selain menyediakan payung atau menunggu hujan eda. Perlu
kesabaran dalam menunggu hujan, karena kita tak akan pernah tahu kapan hujan
itu berhenti, hanya waktu yang bisa
menjawabnya.
Jika kau berani menerobos hujan,
maka bersiaplah tubuhmu akan basah kuyup tersiram jutaan tetesan air yang terjun
dari langit. Aliran air akan menyapu sepatumu dan akan membasahinya. Maka kau
akan kedinginan. Jika antibodi tubuhmu lemah maka penyakit flu siap menyerang
kerongkongan hingga hidung, yang menyebabkanmu bersin-bersin.
Namun, kau jangan salahkan hujan,
jangan kau marahi hujan, karena tanpa hujan kau pasti tidak akan hidup. Hujan
adalah anugrah yang tak terkira dari Sang Maha Pencipta, Allah Swt. Orang yang
mendiami wilayah kering maka mereka merekasa awan dengan bantuan teknologi
supaya terjadi hujan. Dan jangan kau tanyakan biaya yang dibutuhkan itu berapa?
Karena sebuah mobil yang kau punya pun belum tentu dapat menggati biaya yang
dikeluarkan.
Jika hujan’kan deras dan awan
mulai merajuk karena butiran partikelnya pecah diangkasa sana. Suara
menggelegar pun muncul, itulah halilintar. Maka jangan kau takut, jangan
teriak, atau menutup telinga. Cukup ucapkan kata “Subhanallah”, karena
halilintar tanda kebesarannya. Dan tahu kah kau, bahwa halilintar dapat
menyuburkan tanah. Karena partikel yang pecah di udara itu, yang membuat porak
poranda hidrogen dan oksigen serta air mengakibatkan suatu proses kimiawi
sendiri, yang dimana air yang jatuh membawa unsur hara yang tinggi, dan yang
menjadi kekaguman kita bahwa unsur hara tersebut tak menyebabkan apa-apa pada kulit
manusia.
0 comments:
Post a Comment