Begitupun dengan
kita. kita selalu berdebat disela-sela waktu subuh setelah shalat dan mengaji bersama. Senyumnya selalu menghias ketika kuberbalik
setelah mengucapkan salam. Kadang perdebatan itu hanya kekonyolan dari waktu
yang telah kita lewati. Dan Aku suka dengan bibirmu yang ragu mengucapkan kata
ketika kutodong dengan sebuah pertanyaan.
“Apa yah?” dia menggaruk kepalanya. Jilbab
panjangnya dilepas, rambutnya terurai lebat.
Kadang aku membelai rambutnya.
“Ayo” jariku
bergerak menyentuh hidungnya pelan. Dia mengelak sedikit. Jari manisku menyentuh pipinya.
Dia membalas
Tangannya meronta
menyentuh hidungku, aku mengelak. “aits,
gak kena”
“Ih curang”
kemudian dia mencubit pahaku keras. Sakit.
“Aw.... “ aku
menarik nafas lewat mulut.
Mulutku diam,
namun tanganku berbicara. Kurangkul dan kugelitik tubuhnya. Dia menghidar
beberapa kali, tapi tangan kananku menggengam keras tangan kirinya. Kemudian
kukunci tubuh bagian kirinya. Dia tak bisa mengindar.
“Geli....geli.....
hahhahaha..... udah....udah....”
Aku tak
menghentikannya, gelitikanku itu.
“Hahahaha.....udah....udah.....geli.....”
dia memelas.
Aku melepasnya
“Dasar... lelaki
yang gak mau ngalah.... Ih egois” dia cemburut. Dia makin lucu dan
menggemaskan.
“Maaf...maaf”
kuhadapkan wajahku. Aku senyum-senyum.
Tiba-tiba, kedua
tangannya yang lembut itu langsung menggerayangi bagian tubuhku: pinggang. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku tergapar.
Tangannya tak henti menggelitiki. Aku tertawa sampai cecenggukan, bahkan mata
meneteskan air beberapa kali.
“Sudah...sudah....Jika
digelitik terus, bisa sakit” suaraku perdu
Tidak tak
peduli. Dia nampak asyik menggeranyangi.
“Kalo sakit,
pasti ga..ga...k kerja. Haha..hahaha.”
Dia menghentikan
gelitikannya.
“Salah siapa?
Siapa yang mulai?” dia menohokku.
“Iya..iya...
salah aku”
Kemudian dia
tersenyum mekasakan. Dia tertawa sedikit.
Pagi itu,
bukanlah perdebatan yang dilantunkan, tapi sebuah gelitikan yang menimpa kami
berdua. Namun, aku bersyukur mempunyi istri seperti dia. Dia sholehah, menurut
suami, dan tentu dia cantik. Tak ada yang bisa menggantikan dia, kecuali Allah
dan Rasulnya. Untuk itu kuletakan kecintaanku padanya uratan ke-3.
Mungkin inilah
manisnya iman. Memang benar apa yang dikatakan oleh Al-Qur’an, “Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang” (QS. Ar Rum: 21). Sungguh aku
sangat mencintainya, menyayanginya, dan akan menjaganya sampai akhir hayat. Terimakasih
istriku, semoga kau tetap tersenyum.
0 comments:
Post a Comment