Thursday, November 27, 2014

Menunggu Hujan

(nunoo.wordpress.com)
Aku tak paham dengan orang yang mengantuk di ujung sana. Dia termenung akan sesuatu. mungkin imajinasinya sedang membuncah buncah menahan asa yang kian membuih. “aku ingin pulang” ucap hatinya.
Sore itu, manakala awan tebal menurunan hujan yang lebat dan menghanyutkan daratan yang luas. Petir yang menyambar-nyambar dengan suara yang mendengung-dengung.

Jika kau terjebak hujan, maka tak ada pilihan lain selain menyediakan payung atau menunggu hujan eda. Perlu kesabaran dalam menunggu hujan, karena kita tak akan pernah tahu kapan hujan itu  berhenti, hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Jika kau berani menerobos hujan, maka bersiaplah tubuhmu akan basah kuyup tersiram jutaan tetesan air yang terjun dari langit. Aliran air akan menyapu sepatumu dan akan membasahinya. Maka kau akan kedinginan. Jika antibodi tubuhmu lemah maka penyakit flu siap menyerang kerongkongan hingga hidung, yang menyebabkanmu bersin-bersin.

Namun, kau jangan salahkan hujan, jangan kau marahi hujan, karena tanpa hujan kau pasti tidak akan hidup. Hujan adalah anugrah yang tak terkira dari Sang Maha Pencipta, Allah Swt. Orang yang mendiami wilayah kering maka mereka merekasa awan dengan bantuan teknologi supaya terjadi hujan. Dan jangan kau tanyakan biaya yang dibutuhkan itu berapa? Karena sebuah mobil yang kau punya pun belum tentu dapat menggati biaya yang dikeluarkan.

Jika hujan’kan deras dan awan mulai merajuk karena butiran partikelnya pecah diangkasa sana. Suara menggelegar pun muncul, itulah halilintar. Maka jangan kau takut, jangan teriak, atau menutup telinga. Cukup ucapkan kata “Subhanallah”, karena halilintar tanda kebesarannya. Dan tahu kah kau, bahwa halilintar dapat menyuburkan tanah. Karena partikel yang pecah di udara itu, yang membuat porak poranda hidrogen dan oksigen serta air mengakibatkan suatu proses kimiawi sendiri, yang dimana air yang jatuh membawa unsur hara yang tinggi, dan yang menjadi kekaguman kita bahwa unsur hara tersebut tak menyebabkan apa-apa pada kulit manusia.

Maka bersyukurlah akan adanya hujan dan petir, yang justru untuk kemaslahatan kita, umat manusia. Jadi sekali resah dan gelisah dengan adanya hujan dan petir, semua adalah Karunia-Nya. Dan suara petir itu hanyalah alunan musik mozard yang lembut mengisi angkasa, dan suara dercikan hujan senan tiasa menemai serta gundah gulana angin yang menyapu pohon yang diam termenung. 

Terimakasih Sahabat Hadits Line. Jangan Lupa Komentarnya

Terimakasih telah membaca artikel berjudul Menunggu Hujan yang ditulis oleh Hadits Line (Hermawan Setiawan) Komentar sahabat sangat memotivasi penulis.

0 comments:

Post a Comment