Monday, December 8, 2014

Manusia dan sepatu itu sama?


Alhamdulilah, kemarin aku kedatangan tamu baru, yaitu sebuah sepatu. Tamu itu aku jemput dari pasar. Namun saat dipakai ada yang aneh dan janggal dalam kaki. Bukan hati. Jujur, dengan kehadiran  sepatu ini membuatku sangat rindu dengan sepatu lama yang sudah menganga hebat bagai buaya manghap di siang hari. Jika jalan di tempat yang becek, tentu  air merembes membasahi kaki. Dan hal itu juga menjadi sebab kenapa sepatu itu selalu dingin dan bau. Jika dibawa berlari, sepatu itu buka tutup di bagian depannya dan mengeluarkan suara “plakk...plak...” seperti buaya yang mengejar kijang di sungai nil.

Sepatu lama itu sungguh malang, karena selama beberapa bulan tak pernah dicuci. Sepatu itu putih berplat biru. Kedua warnanya telah pudar dan dekil. Sepatu itu sepatu olahraga dan bertahan cukup lama, dua semester.

Jika ditengok, aku pikir, sepatu itu hampir sama dengan siklus hidup manusia. Mungkin kau heran, aku menyamakan manusia dengan sepatu. Padahal sepatu adalah benda yang dipakai di bagian bawah anggota tubuh: kaki.

Mari kita renungkan. Sepatu. Benda itu awalnya baru, dibuat dengan teliti dan hati-hati. Bagian-bagiannya dilem rapt-rapat dan dijait—disol—dengan kuat. Kemudian sepatu itu dipajang dan dijual. Maka orang yang cocok dan senang baik model atau harganya kemudian membelinya.

Jika orang yang membeli sepatu itu rapih, suka bersih-bersih, apik, dan peduli dengan kesehatan. Maka sepatu itu akan dirawat dan perlakukan dengan baik. Daya tahannya akan lama. Sedangkan orang yang memperlakukan sepatu dengan buruk, jorok, dan kurang peduli dengan kesehatan. Maka kau bisa menebaknya sendiri. Sepatu itu mungkin seperti sepatuku, walaupun kau jangan sangka, aku bukan orang jorok, hanya kurang rapi. Alasan. Daya tahannya tidak akan lama, sebetar saja bisa rusak. Apalagi dipakainya serampangan, pasti beberapa bulan saja bisa hancur.

Daya tahan sepatu dan model pun menentukan harga sepatu. Sepatu yang mempunyai kualitas bagus maka harganya pun tinggi. Sedangkan sepatu dengan model biasa dan kulitas biasa harganya pun biasa: murah. Walaupun kita tahu di jaman sekarang tidak ada yang murah apalagi dengan naiknya harga BBM. Cuma dua ribu, kata Pak Jokowi.

Sepatu itu akan robek. Sepatu itu akan jebol. Sepatu itu akan pudar. Sepatu itu akan lepas solannya. Sepatu itu akan terbelah menjadi dua jika lemnya sudah tak merekat lagi. Akhir hayat sepatu adalah  dibuang pada tempat sampah. Begitu besar pengabdian sepatu.

Mungkin kau berpikir lagi, dimana kesamaan sepatu dengan manusia? Baiklah, kita sama-sama menganalisis.
Manusia lahir ke dunia ini. Jika manusia itu dirawat, diperlakukan, dan diberi pemahan yang baik seperti halnya sepatu pada orang yang apik, maka akan dapat kita tebak, masa pertumbuhan dan perkembangan manusia itu akan berjalan dengan baik, begitu juga sebaliknya. Sepatu akan menua. Begitu juga kita. Dengan memanfaatkan segala potensi yang Allah berikan kepada kita selama umur hidup kita. Tak terasa, Tua dan kematian datang menjemput. Maka, orang yang tak memanfaatkan dan mengoptimalkan waktunya dengan baik, tau-tau dia tua saja. Orang tersebut bisa kita masukan pada golongan manusia yang merugi.

Perbedaan yang menonjol antara kita—manusia—dengan sepatu yaitu sepatu tidaklah dihisab—dipertanggung jawabkan—karena benda mati. Sedangkan manusia dipertanggung jawabkan atas segala perbuatan yang telah dia lakukan selama hidup, karena kita tahu, kita sebagai kholifah di muka bumi. Sepatu tidaklah diberikan pilihan, dia hanya dipilih. Sedangkan manusia diberikan pilihan dan iya bebas memilih.

Maka jika seseorang hidup dengan begitu-begitu saja, datar, tak mempunyai gairah, selalu mengeluh, malas, tidak peduli dengan orang lain. Apa bedanya dengan sepatu? Malah, lebih mulia sepatu  mungkin, karena dalam hidupnya sepatu tak pernah mengeluh dan tak pernah melas.

“Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban” maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kau dustakan? Kita harus sadar, kita tidaklah sama dengan sepatu. Jadilah kholifah yang benar-benar kholifah, yang selalu optimis dalam melakukan sesuatu. Kita hidup, sedangkan sepatu hanyalah sebongkah benda untuk melayani kehidupan. Wallahu’alam bii Shawab. 

Terimakasih Sahabat Hadits Line. Jangan Lupa Komentarnya

Terimakasih telah membaca artikel berjudul Manusia dan sepatu itu sama? yang ditulis oleh Hadits Line (Hermawan Setiawan) Komentar sahabat sangat memotivasi penulis.

0 comments:

Post a Comment