Friday, December 19, 2014

Suka Benci "Sekularisme"


Secara harfiah sekuler diartikan sebagai pemisahan agama dengan kehiidupan (Faasludin anil Hayat). Pemahaman sekuler muncul bersamaan dengan revolusi Prancis dan Inggris serta negara Eropa lain. Kondisi ini akibat pengekangan pihak gereja saat abad pertengahan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, sebut saja Claudius Ptomeleus yang dihukum gantung karena mengemukakan teori geosentris atau Galileo Galileo yang dibakar karena menyebut bumi bulat.

Pemahan sekuler nyatanya telah membawa masyarakat Eropa pada peradaban gemilang. Penjauhan kitab suci terhadap kehidupan menjadikan kezumudan berpikir masyrakat Eropa hilang. Mereka bebas bereksperi dalam segala bidang baik sains maupun seni. Bahkan adab masyarakat Eropa pun berubah drastis. Karakter orang Eropa menjadi sangat Individualis. Ditambah dengan beberapa teori yang mendukung kesekuleran ini, seperti Darwinisme.

Pengajaran akan sekularisme ini dibuka melalui gerbang pendidikan. Cirinya pengajaran agama dipisahkan dengan pengjaran ilmu pengetahuan. Bahkan dibeberapa sekolah Eropa tidak ada pengajaran agama, karena dianggap sebagai masalah individu saja, bukan masalah masyarakat apalagi Negara.

Pemahaman ini pun berkembang ke wilayah lain, seperti Amerika, Asia Timur, dan Australia. Kemudian masuk Dunia Islam lewat pengadopsian pendidikan ala Eropa—kurikulum. Jika diruntut melalui sejarah, saat akhir pemerintahan Khilafah Utsmani pada abad sembilan belas ke duapuluh telah masuk pemahaman ini.  Hal ini diakibatkan para pemimpin Turki termasuk Sultan Abdul Hamid II silau dengan kemajuan Eropa. Padahal secara tidak langsung meruntuhkan Khilafah itu sendiri di kemudian hari. Salah satu Syaikh Turki yang mengkritik tajam pendidikan Turki Utsmani saat itu, Baiduzzaman said  Nursi mengatakan, “Turki Utsmani telah mengandung janin Eropa yang sebentar lagi tumbuh”. Pada 3 Maret 1924, peristiwa itu terjadi, yaitu runtuhnya sistem islam—khilafah—oleh Young Turk yang dimotori oleh Mustafa Kemal Attaturk. Dia adalah salah satu mantan tentara dan berdarah Yahudi serta lalim dalam agama. Hingga saat ini, Turki masih mengadopsi sistem pendidikan sekuler dan kita bisa lihat, kebangkitan tidak terjadi di masyrakat Turki. Malah menjadi Negara Preferi Eropa. Ironi.

Begitu pun dengan kita, Indonesia. Pendidikan yang konon katanya sebagai solusi untuk memperbaiki nasib bangsa, dan kita tahu sendiri para akademi atau siapapaun yang sadar benci dengan sekularisme. Tapi yang diherankan, kenapa kita selalu mengacu pada pendidikan luar, seperti Amerika dan Eropa? Padahal mereka bertabiat sekuler. Dunia pendidikan pun dihiasi dengan berbagai macam teori yang dinisbatkan dengan pendidikan ala barat. Ironi. Sekarang, dampaknya semakin nyata, bangsa tidak maju-maju, malah doa di sekolah pun mempunyai regulasi, mengekang. Pergerakan agama dimata-matai dan dipermasalahkan: Remaja Masjid/Rohis. Malah kita tabu berbicara agama dalam ilmu umum. Padahal agama tanpa ilmu pincang dan ilmu tanpa agama buta.

Pembudidayaan pendidikan sekuler yang telah muncul dari sejak merdekanya bangsa ini bagai menernak ular di sawah dengan banyak tikus. Mengembang dan tumbuh subur. Sampai pada kalanya mereka berani menghujat peraturan Tuhan dengan berbagai Teori dan Kebijakan. Dunia ilmu pengetahuan kontradiktif dengan ilmu agama. Berbagai teori sesat diajarkan pada bangsa ini, seperti Evolusi Darwin yang menganggap manusia dari Kera.

Kita tidak menyadari, bahwa kemunduran islam selama ini akibat menjauhnya umat islam, terkhusus bangsa ini dari Al-Qur’an. Perdana Inggris Pernah berkata “Kita tidak akan bisa menghancurkan islam selama umatnya tidak jauh dari Al-Quran, maka jauhkanlah mereka dengan Al-Quran”.


Hal ini harus dilakukan pembaharuan secara menyeluruh terhadap sistem yang ada. Pendidikan sebagai komoditi yang tak ternilai harganya harus direvitalisasi. Mungkin beberapa pihak juga sudah sadar, namun sulitnya referensi sistem pendidikan islam itu seperti apa dan bagaimana? Kemudian cara mencampurkan ilmu umum dan islam bagaimana? Inilah polemik dan menjadi tantangan kita. Kita harus berani belajar dari sejarah tanpa pilah-pilah. Kita harus berani mencari kebenaran seberapapun pahitnya. Semoga Allah mempermudah perjuangan orang-orang yang menegakan kebenaran, karena kita tahu, kebenaran tidaklah bermuka dua. Wallahualam bii shawab.

Terimakasih Sahabat Hadits Line. Jangan Lupa Komentarnya

Terimakasih telah membaca artikel berjudul Suka Benci "Sekularisme" yang ditulis oleh Hadits Line (Hermawan Setiawan) Komentar sahabat sangat memotivasi penulis.

0 comments:

Post a Comment