Saturday, December 13, 2014

Perdebatan dengan Gelitikan


Perdebatan adalah hal yang lumrah. Namun jika perdebadan disandingkan dengan nafsu, apakah itu sebuah pencarian kebenaran. Bukankah kita tahu, debat itu untuk mencari kebenaran? Ada pula yang melarang perdebatan, karena kita tahu, perdebatan saat ini hanya sebuah omong kosong belaka.

Begitupun dengan kita. kita selalu berdebat disela-sela waktu subuh setelah  shalat dan mengaji bersama.  Senyumnya selalu menghias ketika kuberbalik setelah mengucapkan salam. Kadang perdebatan itu hanya kekonyolan dari waktu yang telah kita lewati. Dan Aku suka dengan bibirmu yang ragu mengucapkan kata ketika kutodong dengan sebuah pertanyaan.

“Apa yah?” dia menggaruk kepalanya. Jilbab panjangnya  dilepas, rambutnya terurai lebat. Kadang aku membelai rambutnya.
“Ayo” jariku bergerak menyentuh hidungnya pelan. Dia mengelak sedikit.  Jari manisku menyentuh pipinya.

Dia membalas

Tangannya meronta menyentuh hidungku, aku mengelak. “aits, gak kena”
“Ih curang” kemudian dia mencubit pahaku keras. Sakit.
“Aw.... “ aku menarik nafas lewat mulut.

Mulutku diam, namun tanganku berbicara. Kurangkul dan kugelitik tubuhnya. Dia menghidar beberapa kali, tapi tangan kananku menggengam keras tangan kirinya. Kemudian kukunci tubuh bagian kirinya. Dia tak bisa mengindar.

“Geli....geli..... hahhahaha..... udah....udah....”
Aku tak menghentikannya, gelitikanku itu.
“Hahahaha.....udah....udah.....geli.....” dia  memelas.

Aku melepasnya

“Dasar... lelaki yang gak mau ngalah.... Ih egois” dia cemburut. Dia makin lucu dan menggemaskan.
“Maaf...maaf” kuhadapkan wajahku. Aku senyum-senyum.

Tiba-tiba, kedua tangannya yang lembut itu langsung menggerayangi bagian tubuhku: pinggang.  Aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku tergapar. Tangannya tak henti menggelitiki. Aku tertawa sampai cecenggukan, bahkan mata meneteskan air beberapa kali.

“Sudah...sudah....Jika digelitik terus, bisa sakit” suaraku perdu
Tidak tak peduli. Dia nampak asyik menggeranyangi.
“Kalo sakit, pasti ga..ga...k kerja. Haha..hahaha.”
Dia menghentikan gelitikannya.
“Salah siapa? Siapa yang mulai?” dia menohokku.
“Iya..iya... salah aku”

Kemudian dia tersenyum mekasakan. Dia tertawa sedikit.

Pagi itu, bukanlah perdebatan yang dilantunkan, tapi sebuah gelitikan yang menimpa kami berdua. Namun, aku bersyukur mempunyi istri seperti dia. Dia sholehah, menurut suami, dan tentu dia cantik. Tak ada yang bisa menggantikan dia, kecuali Allah dan Rasulnya. Untuk itu kuletakan kecintaanku padanya uratan ke-3.

Mungkin inilah manisnya iman. Memang benar apa yang dikatakan oleh Al-Qur’an, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang” (QS. Ar Rum: 21). Sungguh aku sangat mencintainya, menyayanginya, dan akan menjaganya sampai akhir hayat. Terimakasih istriku, semoga kau tetap tersenyum.


Terimakasih Sahabat Hadits Line. Jangan Lupa Komentarnya

Terimakasih telah membaca artikel berjudul Perdebatan dengan Gelitikan yang ditulis oleh Hadits Line (Hermawan Setiawan) Komentar sahabat sangat memotivasi penulis.

0 comments:

Post a Comment