Saturday, December 20, 2014

Peran Seorang Guru


Hari ini, saya mengambil artikel Jumat berjudul “Peran Seorang Guru” yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.pd. Isi dari artikel itu bercerita mengenai apa itu guru dan bagaimana guru pada zaman Rasullulah dan kejayaan Islam. Setidaknya ada tiga macam arti kata guru dalam islam, yaitu murrabi, mu’alim, dan mu’addib. Kata murrabi mempunyai arti pemeliharan baik fisik maupun spiritualitas. Mu’alim adalah kata lain dari makna pengajaran. Sedangkan mu’adib adalah prilaku yang dibentuk (karakter).

Dalam artikel ini juga dijelaskan, kurang lebih, bahwa guru haruslah menyadarkan dan mendekatkan peserta didik kepada Allah Swt, tidak hanya aspek pengetahuan saja yang dibagun tapi aspek akhlak dan keterampilan juga perlu diperhatikan.

Keutamaan seorang guru dijelaskan dalam ayat Al-Quran yang berbunyi:
“Dialah yang telah mengutus seorag rasul dari kalangan mereka ke tengah umat yang ummi yang membacakan kepada mereka tentang kitab dan hikamah padahal mereka sebeumnya ada pada kesesatan yang nyata”

Rujukan utama pendidikan islam adalah pada zaman nabi. Ketika nabi dengan luar biasa mengubah kebiasaan masyarakat jahiliyah arab menjadi masyrakat yang cerdas dan berfikir cemerlang. Nabi adalah guru dari segala guru: Maha guru. Tentu menjadi teladan kita sebgai umatnya, apalagi yang menempuh kuliah di bidang pendidikan atau yang bercita-cita menjadi pendidik.

Hal tersebut disokong dengan pernyataan seorang ahli pendidikan An-Nahlaui yang menjelaskan mengenai sifat seorang guru. Pertama, harus Rabbani. Kedua, harus mensempurnakan sifat Rabbaniyah. Ketiga, mengajarkan ilmu dengan sabar. Keempat, memiliki kejujuran. Kelima, harus berpengetahuan luas. Keenam, harus cerdik dan terampil. Ketujuh, harus mampu bersikap tegas. Kedelapan, harus memahami sikap anak didik. Kesembilan, harus peka terhadap realitas kehidupan. Kesepuluh dan terakhir, harus bersikap adil.

Sepintas memang artikel ini bagus dan sangat baik, mengajarkan kita bagaimana kita berprilaku sesuai dengan Rasulullah. Namun ada yang mengganjal dihati saya ketika semua sikap yang harus dimiliki guru itu harus dimiliki oleh guru sekarang. Apalagi harus mencakup tiga aspek murrabi, mu’alim, dan mu’addib, yang bila dipikirkan kemudian dikaitkan dengan realitas saat ini, maka sangat jauh. Walaupun tentu kita harus optimis.

Artikel ini menurut saya hanya menjelaskan perkara cabang saja, yaitu buah saja. sehrusnya yang menjadi sorotan adalah pola atau sistem yang bagaimana membentuk model guru seperti ini. Kita tentu mengindra fakta. Ketika pendidikan kita ingin memunculkan manusia yang berkualitas dan pemimpin peradaban, maka jalur yang ditempuh harus sama dengan apa yang dijalankan Rasul. Beda jalan pasti beda hasil apalagi dengan menggunakan cara-cara yang tidak Islami. Bagaimana kita mengharapkan para pemikir ulung seorang mujahid apabila pendidikan yang diterapkan adalah pendidikan sekuler? Hal ini bagai mimpi disiang bolong.

Pembenahan yang harus dilakukan, yang paling urgen menurut saya, bukan seperti apa guru yang bagus dan berakhlak. Tapi bagaimana cara membuat sistem yang baik sesuai dengan tuntutan Rasulullah dan didasarkan pada akidah islam yang benar melalui AL-Quran dan Hadis. Hal ini tentu harus ada penjabaran lebih lanjut mengenai sistem pendidikan yang islami, karena toh Al-Quran dan Hadis hanya sebagai pondasi dasarnya saja, sedangkan bangunannya harus dirancang oleh orang yang mengerti.

Untuk kita selaku generasi muda jangan takut dan gentar mempelajari Islam. Bukakah kita sudah mengazamkan diri akan masuk kepada islam? Dan bukankah masuk pada islam itu jangan setengah-setengah?

Memang saya tidak menafikan, ada saja orang yang hebat lahir dari pendidikan yang kurang tertata dan mendekati bobrok, namun jumlahnya sedikit, apalagi yang mengerti tentang islam. Sangat sulit ditemukan. Jadi, jangan sampai kita bermimpi disiang bolong, karena hdiup ini terikat dengan kaidah kausalitas. Jika A maka B. Begitu pula, jika kita menerapkan pendidikan sekuler seperti saat ini, maka output yang dihasilkan akan sekuler juga. Jika kita menerapkan pendidikan seperti zaman Rasul maka output yangdihasilkan seperti zaman Rasul juga, termasuk guru.
Jumat, 19/12/2014

Terimakasih Sahabat Hadits Line. Jangan Lupa Komentarnya

Terimakasih telah membaca artikel berjudul Peran Seorang Guru yang ditulis oleh Hadits Line (Hermawan Setiawan) Komentar sahabat sangat memotivasi penulis.

0 comments:

Post a Comment