Sunday, December 14, 2014

Menunggu


Kita mafhum, menunggu adalah pekerjaan yang membosankan. Apalagi menunggu sesuatu yang gamang—belum pasti—yang membuat kita bertanya, apakah itu datang atau tidak? Apakah itu nyata atau tidak?

Ketika menunggu itu, rasa gusar akan hinggap. Cemas serta emosi naik turun. Dentak jantung semakin cepat melebihi gerak detik jam. Detik berlalu semakin lama. Mata tak tega kalau tak melihat jam, yang menempel ditangan atau di handphone.

Begitu luarbiasanya menunggu. Menyisihkan waktu dan tenaga. Pekerjaan sulit memang bagi yang tak memiliki kesabaran.

Kadang menunggu melebihi rasionalitas kita, misal menunggu awan mendung di malam hari, menunggu hujan di musim kemarau, atau sekedar menunggu balasan dari sebuah pesan pendek. Tak dapat dihiraukan lagi, menunggu merupakan rutinitas yang menjadi “kewajibaban”.

Ketika menunggu hanyalah angan-angan kosong, maka kekecewaan pasti akan datang. Apalagi janji buta dengan perkataan, “Insya Allah saya datang, ditunggu saja”. Padahal sudah mengucapkan insya Allah, yang berarti datang kalau tidak ada halangan. Eh pada nyatanya, kata insya Allah tanda ketidakdatangan: ingkar janji. Tapi, tak semua orang seperti itu. Banyak juga yang mengucapkan insya Allah sesuai dengan makna kata itu.

Dengan alasan seperti itu. Menunggu merupakan lukisan rasa cinta dan kasih terhadap seseorang. Dan bila seseorang yang kita tunggu tak kunjung tiba, maka bersabarlah.

“Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu. Maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri”. (ath-Thur: 48)


Kata terakhir. Jangan biarkan orang menunggu, karena menunggu itu melelahkan. Dan bila kita menunggu, maka bersabarlah karena akan melatih emosi kita.

Terimakasih Sahabat Hadits Line. Jangan Lupa Komentarnya

Terimakasih telah membaca artikel berjudul Menunggu yang ditulis oleh Hadits Line (Hermawan Setiawan) Komentar sahabat sangat memotivasi penulis.

0 comments:

Post a Comment