Perhatian:
Ini hanya sebuah ilusi
Pagi
ini, saat mata kuliah Survei Pemetaan, pikiranku tak konsen. Empat orang plus
satu operator mengalun, presentasi secara bergiliran. Hal ini sebenarnya sama
dengan mingu-minggu kemarin. Letak kesaamaanya yaitu aku kurang memprhatikan
dan asyik sendiri.
aku
masih melamun, beberapa menit terasa hening, hanya aku yang merasakan. Sembirat
gelombat magnetik terbesit dalam pikiranku, kemudian “pencerahan” datang. Entah
dari mana datangnya. Mudah-mudahan dari Sang Maha Kuasa. “Pencerahan” itu
berupa ilusi dari semua khayalan, yang didasarkan atas pengetahuan sebelumnya dan
proses pengindraan—melihat, mendengat, dan merasa—yang telah aku lakukan.
Selama
sejarah hidup manusia yang ada di bumi. Manusia tidak pernah tidak berbohong,
kecuali orang-orang suci pilihanNya: Nabi dan Rasul. Dari masa ke masa, goresan
tinta sejarah tak pernah lepas dari kata ini. Begitu pula dengan negeri ini. Dari
reformasi sampai sekarang, kebohongan melanda dan membeku secara sistemis dalam
pangkuan budaya, contohnya korupsi.
Berbicara
mengenai korupsi sungguh membuat kita miris. Indonesia masuk lima besar negara
terkorup di Asia. Sedangkan di Dunia, setidaknya masuk lima belas besar.
Prestasi yang luar biasa. Negara yang kononnya kaya dengan sumber daya alam ini
tergopoh-gopoh terkena penyakit kronis: kemiskinan. Hal ini tentu disebabkan
oleh prilaku para oknum tertentu yang tidak jujur, yang notabene mempunyai kebijakan.
Namun tak bisa dipungkiri banyak sekali masyarakat Indonesia yang selalu
berbuat bohong.
Saya
terpikir, jika kita bisa membuat alat anti-korupsi. Mekanismenya, rekaman otak
seseorang bisa di disimpan dan di putar di media: divisualisasi. Jadi apa yang
orang lakukan itu bisa dilihat seperti kita melihat siaran TV atau video.
Mungkin bisa disebut dengan rekaman kehidupan. Bisa diputar, bisa disimpan,
bisa dijadikan foto dalam penyimpanan lektronik: laptop, flasdish, dan
lain-lain.
Nah,
untuk memvisualisaikan menjadi media elktronik, tentu membutuhkan suatu alat
untuk meng-convert. Alat itu dipasang
di kepala, seperti alat merekam gerak untuk membuat game bola, dengan sadar
atau tanpa sadar. Sehingga aliran listrik yang ada di otak diolah menjadi
visual—gambar—dalam satu mekanisme tertentu.
Belum
ada penamaan untuk alat itu. mungkin ada
saran? Mungkin juga ide ini terdengar gila. Tapi keyakinan saya suatu hari
mungkin ada alat seperti ini.
Bila
indonsesia mempunyai alat ini, kemudian semua pejabat direkam. Pasti Maka, siapa
yang tidak takut kasusnya terbongkar? Apalgi supermasi hukum ditegakan yang
mana Al-Quran, Hadist, serta ijma menjadi rujukan. Sudah, negeri ini Insya Allah aman sejahtera.
Mungkin
para ahli di Indonesia harus “buru-buru” menemukan alat ini. Alat ini bisa
membuat kemaslahatan orang banyak. Penggunaanya tentu harus jujur pula, karena
aib orang bisa terungkap.
Selain
mengatasi korupsi. Alat ini bisa digunakan untuk merapikan kenangan, jika kawan
tidak mempunyai kenangan berbentuk foto atau video pada masa kecil. Alat ini
juga bisa digunakan untuk pembelajaran untuk merekam buku-buku yang kita baca,
seminar-seminar yang kita ikuti, atau pengalaman dalam melihat sebuah fenomena.
0 comments:
Post a Comment