Ketika menunggu
itu, rasa gusar akan hinggap. Cemas serta emosi naik turun. Dentak jantung semakin
cepat melebihi gerak detik jam. Detik berlalu semakin lama. Mata tak tega kalau
tak melihat jam, yang menempel ditangan atau di handphone.
Begitu
luarbiasanya menunggu. Menyisihkan waktu dan tenaga. Pekerjaan sulit memang bagi
yang tak memiliki kesabaran.
Kadang menunggu
melebihi rasionalitas kita, misal menunggu awan mendung di malam hari, menunggu
hujan di musim kemarau, atau sekedar menunggu balasan dari sebuah pesan pendek.
Tak dapat dihiraukan lagi, menunggu merupakan rutinitas yang menjadi
“kewajibaban”.
Ketika menunggu
hanyalah angan-angan kosong, maka kekecewaan pasti akan datang. Apalagi janji
buta dengan perkataan, “Insya Allah saya
datang, ditunggu saja”. Padahal sudah mengucapkan insya Allah, yang berarti
datang kalau tidak ada halangan. Eh
pada nyatanya, kata insya Allah tanda ketidakdatangan: ingkar janji. Tapi, tak
semua orang seperti itu. Banyak juga yang mengucapkan insya Allah sesuai dengan
makna kata itu.
Dengan alasan
seperti itu. Menunggu merupakan lukisan rasa cinta dan kasih terhadap seseorang.
Dan bila seseorang yang kita tunggu tak kunjung tiba, maka bersabarlah.
“Dan bersabarlah
dalam menunggu ketetapan Tuhanmu. Maka sesungguhnya kamu berada dalam
penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun
berdiri”. (ath-Thur: 48)
Kata terakhir. Jangan
biarkan orang menunggu, karena menunggu itu melelahkan. Dan bila kita menunggu,
maka bersabarlah karena akan melatih emosi kita.
0 comments:
Post a Comment