Secara harfiah sekuler diartikan
sebagai pemisahan agama dengan kehiidupan (Faasludin
anil Hayat). Pemahaman sekuler muncul bersamaan dengan revolusi Prancis dan
Inggris serta negara Eropa lain. Kondisi ini akibat pengekangan pihak gereja
saat abad pertengahan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, sebut saja Claudius
Ptomeleus yang dihukum gantung karena mengemukakan teori geosentris atau
Galileo Galileo yang dibakar karena menyebut bumi bulat.
Pemahan sekuler nyatanya telah
membawa masyarakat Eropa pada peradaban gemilang. Penjauhan kitab suci terhadap
kehidupan menjadikan kezumudan berpikir
masyrakat Eropa hilang. Mereka bebas bereksperi dalam segala bidang baik sains
maupun seni. Bahkan adab masyarakat Eropa pun berubah drastis. Karakter orang Eropa
menjadi sangat Individualis. Ditambah dengan beberapa teori yang mendukung
kesekuleran ini, seperti Darwinisme.
Pengajaran akan sekularisme ini
dibuka melalui gerbang pendidikan. Cirinya pengajaran agama dipisahkan dengan
pengjaran ilmu pengetahuan. Bahkan dibeberapa sekolah Eropa tidak ada
pengajaran agama, karena dianggap sebagai masalah individu saja, bukan masalah masyarakat
apalagi Negara.
Pemahaman ini pun berkembang ke
wilayah lain, seperti Amerika, Asia Timur, dan Australia. Kemudian masuk Dunia
Islam lewat pengadopsian pendidikan ala Eropa—kurikulum. Jika diruntut melalui
sejarah, saat akhir pemerintahan Khilafah Utsmani pada abad sembilan belas ke
duapuluh telah masuk pemahaman ini. Hal
ini diakibatkan para pemimpin Turki termasuk Sultan Abdul Hamid II silau dengan
kemajuan Eropa. Padahal secara tidak langsung meruntuhkan Khilafah itu sendiri
di kemudian hari. Salah satu Syaikh Turki yang mengkritik tajam pendidikan
Turki Utsmani saat itu, Baiduzzaman said
Nursi mengatakan, “Turki Utsmani telah mengandung janin Eropa yang
sebentar lagi tumbuh”. Pada 3 Maret 1924, peristiwa itu terjadi, yaitu
runtuhnya sistem islam—khilafah—oleh Young
Turk yang dimotori oleh Mustafa Kemal Attaturk. Dia adalah salah satu
mantan tentara dan berdarah Yahudi serta lalim dalam agama. Hingga saat ini, Turki
masih mengadopsi sistem pendidikan sekuler dan kita bisa lihat, kebangkitan
tidak terjadi di masyrakat Turki. Malah menjadi Negara Preferi Eropa. Ironi.
Begitu pun dengan kita, Indonesia. Pendidikan
yang konon katanya sebagai solusi untuk memperbaiki nasib bangsa, dan kita tahu
sendiri para akademi atau siapapaun yang sadar benci dengan sekularisme. Tapi
yang diherankan, kenapa kita selalu mengacu pada pendidikan luar, seperti
Amerika dan Eropa? Padahal mereka bertabiat sekuler. Dunia pendidikan pun
dihiasi dengan berbagai macam teori yang dinisbatkan dengan pendidikan ala
barat. Ironi. Sekarang, dampaknya semakin nyata, bangsa tidak maju-maju, malah
doa di sekolah pun mempunyai regulasi, mengekang. Pergerakan agama dimata-matai
dan dipermasalahkan: Remaja Masjid/Rohis. Malah kita tabu berbicara agama dalam
ilmu umum. Padahal agama tanpa ilmu pincang dan ilmu tanpa agama buta.
Pembudidayaan pendidikan sekuler yang
telah muncul dari sejak merdekanya bangsa ini bagai menernak ular di sawah
dengan banyak tikus. Mengembang dan tumbuh subur. Sampai pada kalanya mereka
berani menghujat peraturan Tuhan dengan berbagai Teori dan Kebijakan. Dunia
ilmu pengetahuan kontradiktif dengan ilmu agama. Berbagai teori sesat diajarkan
pada bangsa ini, seperti Evolusi Darwin yang menganggap manusia dari Kera.
Kita tidak menyadari, bahwa
kemunduran islam selama ini akibat menjauhnya umat islam, terkhusus bangsa ini
dari Al-Qur’an. Perdana Inggris Pernah berkata “Kita tidak akan bisa menghancurkan
islam selama umatnya tidak jauh dari Al-Quran, maka jauhkanlah mereka dengan
Al-Quran”.
Hal ini harus dilakukan pembaharuan secara
menyeluruh terhadap sistem yang ada. Pendidikan sebagai komoditi yang tak
ternilai harganya harus direvitalisasi. Mungkin beberapa pihak juga sudah
sadar, namun sulitnya referensi sistem pendidikan islam itu seperti apa dan
bagaimana? Kemudian cara mencampurkan ilmu umum dan islam bagaimana? Inilah
polemik dan menjadi tantangan kita. Kita harus berani belajar dari sejarah
tanpa pilah-pilah. Kita harus berani mencari kebenaran seberapapun pahitnya.
Semoga Allah mempermudah perjuangan orang-orang yang menegakan kebenaran,
karena kita tahu, kebenaran tidaklah bermuka dua. Wallahualam bii shawab.
0 comments:
Post a Comment