Iluastrasi Pacaran |
Teori mengatakan jika ada stimulus pasti ada respon. Lalu, apa
sebab yang membuat remaja gaul bebas?
Banyak orang yang mengatakan lingkungan menjadi faktor utama
yang menyebabkan remaja terjerumus pada gaul bebas ini. Benar. Ada juga yang
mengatakan bahwa faktor keluarga menjadi penyebabnya. Keluarga yang broken akan menyebabkan anaknya juga broken. Pendidikan keluarga yang baik
akan menghasilkan prilaku anak yang baik, begitu juga sebaliknya. Benar. Ada
juga yang mengatakan, itu adalah prilaku turuanan dan sudah menjadi perangai
dari orang tuanya. Mungkin juga benar.
Tapi yang patut kita perhatikn. Akibat-akibat itu sebetulnya
disebabkan oleh apa. Jadi ada keterkaitan akibat disini. Ketika kita mengatakan
lingkungan, keluarga, dan pribadi individu yang menjadi sebabnya. Sadarkah
kita, dalam teori sosial, “suatu lingkungan dapat direkayasa dengan
mengendalikan sistem”. Imbas dari perekayasaan itu adalah elemen lingkungan berubah.
Perubahan itu bisa baik atau buruk tergantung perekayasaannya. Pertanyaan, oleh
apa dan siapa lingkungan itu direkayasa?
Perubahan pola berpikir individu dan masyrakat tergantung
pada informasi yang dia dan mereka terima. Ketika informasi menjadi opini umum,
maka hal salah bisa jadi benar dan benar bisa jadi salah. Tanpa sadar maka setiap
persalahan dan kesalahan yang dianggap buruk oleh masyarkat dan agama menjadi
suatu hal yang wajar dan biasa, contoh kecilnya berpegangan tangan dengan bukan
mahram di khalayak umum.
Ketika pemerintah dengan segala upaya mencegah aborsi dan HIV AIDS. Tapi disisi lain
pemeritah membolehkan secara tersirat melakukan perbuatan mesum. Ambil contoh,
ketika dua orang lawan jenis suka sama suka dan melakukan perbuatan tak pantas.
Maka tak ada tindakan yang serius dari penegak hukum, pemerintah. Seperti di
tempat-tempat pariwisata,hotel, sekitaran kampus, dan tempat lokalisasi umum
yang “halal”, karena mendapat perizinan.
Informasi yang mengalir deras dari berbagai media mendokrin
remaja bahwa pacaran, pegangan tangan,
bahkan ciuman menjadi hal yang wajar. Setiap malam sinteron menampilkan hal
tersebut. Cinta dan percintaan yang didasarkan nafsu menjadi konsumsi
sehari-hari ramaja. Lagu-lagu akan kekaguman nafsu pada lawan jenis menjadi
irama yang menderu mengisi telinga ramaja. Padahal hal tersebut menjadi stimulus
untuk melakukan hal-hal lebih jauh. Selangkah demi selangkah. Ditambah akses
pornografi sangat mudah ditemukan di internet, yang kapan saja bisa diakses
oleh remaja.
Media menjadi hal yang utama dalam kehidupan ini. Ketika kita
ingin mengendalikan orang maka ketahui informasi dan berikan informasi yang ingin
kita instalkan. Tak heran jika suatu
bangsa membebek kepada bangsa lain akibat dikendalikannya informasi.
Inforamsi yang buruk yang diberikan berulang, seperti film porno atau gambar erotis yang merusak otak, malah menjadi satu bentuk karya
seni yang patut dihargai. Pacaran, model
penyaluran fitrah manusia, yang salah kaprah menjadi hal yang wajar jika
dilakukan. Padahal keduanya merupakan gerbang gaul bebas yang menimbulkan
problematika free sex, hamil dini, aborsi, HIV, dan AIDS.
Dalam kitab suci Al-Quran juga dijelaskan “jangan sekali-kali
mendekati zina”. Mendekati saja tidak boleh apa lagi melakukan zina.
Sistem kehidupan dikendalikan yang salah satunya informasi
yang di keluarkan oleh media suatu negara. Maka negara yang mengeluarkan
informasi yang salah kepada generasi muda, hanya tinggal menunggu waktu
kehancuran negara tersebut atau dikendalikan oleh negara lain secara tidak
sadar.
Jadi sangat lucu melarang aborsi dan mencegah HIV AIDS, tapi
jalan untuk penyebaran penyakit ini dibuka lebar, diobolehkan, sabagian lagi diberi
perizinan. Hal ini sepeti melarang gaul bebas dengan gaul bebas. Seharusnya jalan
menuju gaul bebas itu diberangus dan diberikan sanksi berat. Media harus diatur
kontennya agar informasi yang didapat masyarakat tidak rusak. Masyarakat diberi
pencedasan bahwa hal tersebut akan merusak taranan kehidupan, tak hanya
memasang spanduk saja di pinggir jalan. Wallahu
A'lam Bishawab.
0 comments:
Post a Comment